
AWESH.id – Sebanyak 1.598 mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) diberangkatkan untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) semester genap Tahun Akademik 2025–2026. Mereka disebar untuk mengabdi di 100 desa di Karawang, Purwakarta, dan Bekasi.
Dari tiga wilayah tersebut, Kabupaten Purwakarta menjadi lokasi terbanyak dengan cakupan 50 desa di tujuh kecamatan. Sementara Kabupaten Karawang meliputi 37 desa di empat kecamatan, dan Kabupaten Bekasi mencakup 13 desa di dua kecamatan.
Tema KKN Unsika tahun ini mengusung
“Akselerasi Inovasi Hijau dan Transformasi Digital Menuju Kemandirian Ekonomi Berkelanjutan.” Tema tersebut selaras dengan arah kebijakan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendintisaintek) melalui semangat Diktisaintek berdampak dan kampus berdampak.
Kepala Biro Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama Unsika Yayat Hendayana menegaskan bahwa mahasiswa KKN diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat desa.
“Yang kami tekankan adalah KKN harus berdampak. Selain Diktisaintek berdampak, UNSIKA juga harus berdampak. Itu bisa diwujudkan melalui bantuan pelaksanaan program dan kegiatan yang ada di desa,” ujar Yayat di Kampus Unsika, Senin (29/12/2025).
Selain kontribusi program, Unsika juga menekankan aspek keamanan, kesehatan, dan hubungan sosial mahasiswa selama KKN. Pasalnya, para mahasiswa akan tinggal dan terlibat langsung di tengah masyarakat selama sekitar 35 hari.
Baca juga: Cerita Perjuangan Ertina Ikuti PPG dengan Jaringan Internet Terbatas di Pedalaman Papua
Pelaksanaan KKN melibatkan mahasiswa lintas fakultas di Unsika. Setiap kelompok yang berisi mahasiswa dari berbagai fakultas diminta untuk menyusun program kerja berbasis kebutuhan desa melalui koordinasi dengan kepala desa, sekretaris desa, dan perangkat desa.
“Mahasiswa harus menganalisis masalah terlebih dahulu, lalu mencari solusi bersama masyarakat. Misalnya di bidang pertanian saat musim hujan, bagaimana penanganan sawah terendam atau bagaimana cara menggunakan alat inovasi pertanian dengan bahasa yang mudah dipahami petani,” kata Yayat.
Yayat menegaskan, KKN ideal bukan sekadar formalitas apalagi ajang liburan.
KKN harus berdampak dan menjadi sarana mahasiswa mempraktikkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.
Yayat juga berharap hubungan mahasiswa dengan masyarakat tidak terputus setelah KKN selesai.
“Kami ingin komunikasi tetap terjalin. Ketika masyarakat masih membutuhkan, mahasiswa diharapkan tetap bisa membantu meski sudah kembali ke kampus,” kata Yayat.
Editor: Suwandi